RANTAI HIJRAH
Oleh : Nurul Aini ( Biro Muslimah BSO Al-Iqtishodi
Dia. Dia lebih muda dariku,lebih cantik dariku,lebih baik,lebih manis,lebih dermawan, semuanya dia lebih dariku. Sangat muslimah. Aku bukan apa – apa jika dibandingkan dengan dia yang mengetahui banyak hal. Tentu, jelas dia lebih pintar dariku, aku banyak belajar darinya bahkan melihatnya saja aku bergetar, iri dengan dia yang selalu istiqomah, yang punya pendirian yang amat teguh, rasanya aku sangat malu melihatnya, apalagi bertegur sapa. Namun, akhirnya aku berfikir lagi bahwa dia hanyalah manusia yang juga sama penciptaannya denganku, harusnya aku merasa lebih malu setiap aku berjalan di mana saja, saat aku menundukkan diri,aku harus lebih malu terhadap penciptaku, Allah.
Sebenarnya ada suatu komitmen yang akan aku jalankan di masa yang akan datang, mungkin ini sebuah cita – cita yang dimana aku tak tau kapan harus aku mulai semua itu. Tentu ini tentang masalah kemuslimahan, sedikit demi sedikit aku belajar, lewat beberapa sumber yang aku lihat,baca atau tonton, begitu banyak hal yang aku sadari akan hidupku, walaupun aku tinggal di lingkungan sekolah berbasis islam, sukses itu tak akan datang apabila tidak dijemput dengan rasa ingin tahu dan usaha.
Perlahan aku temukan arti cinta, cinta juga butuh usaha tapi bukan diusia seperti aku saat ini, saat ini adalah saat dimana kita menjaga hati dan tulus mencintai Allah, Rasulullah, ibu, ayah, adik, nenek, kakek. Mereka lebih butuh cintaku daripada pria yang masih haram, hanya menambah dosa dan membuat hati ini jadi gelap,kusam,lusuh.
Pada “dia” kita berani berkata “i love you“,tapi apakah pada ibu atau ayah kita berani bilang kata ajaib itu? yang ada hanya gengsi semata, padahal mereka lebih berhak mendapatkan ucapan manis seperti itu, bukan malah laki-laki atau perempuan yang entah siapa dia dimasa depan, yang haram untuk dirinya disimpan kedalam hati. Aku mulai mengerti, jodoh itu akan datang dengan sendirinya, diam ia akan mengalir terbawa arus, melayang dan menemukan kita.
Allah itu punya caranya sendiri, yang lebih indah daripada yang dibayangkan, yang tentu amat mengejutkan hambaNya. Usia seperti ini memang sulit untuk tidak memikirnya, cinta pada seorang pria. Namun teringat pada wanita tadi aku belajar bahwa semua butuh proses dan hati yang ikhlas.Tidak ada yang tau kapan datangnya ajal, aku masih malu dengan amalku dan sangat ingin berubah. Maaf yang terbesar dariku buat Mama dan Ayah di Jakarta. Aku sangat mencintaimu. :) “Allah, lebih dekat dari urat nadi seseorang yang senantiasa ia beriman”
Komentar
Posting Komentar