PRESS RELEASE KAFE (Kajian Islam Fakultas Ekonomi) SPESIAL
BSO Al – Iqtishodi X Aman Palestin
“Mush’ab bin Umair (Pemuda Cerdas dengan Kelembutan
Dakwah)”
Hari/Tanggal : Kamis, 16
September 2021
Waktu : 19.45 – selesai
Tempat : Zoom Cloud Meeting
Pemateri : Ustadz Amar Ar -
Risalah
MC :
Isro Fahmi Ardianto
Agenda :
1.
Pembukaan oleh
MC
2.
Pembacaan tata
tertib
3.
Tilawah
4.
Pemaparan Aman
Palestin
5.
Pembacaan CV
Moderator
6.
Pemaparan materi
oleh pembicara
7.
Tanya jawab
8.
Penyerahan
sertifikat pembicara
9.
Pengumuman doorprize
10.
Pembacaan doa
penutup
11.
Penutupan oleh
MC
BSO Al Iqtishodi
yang berkolaborasi dengan Aman Palestin mengadakan KAFE (Kajian Islam Fakultas
Ekonomi) Spesial dengan tema “Mush’ab bin Umair (Pemuda Cerdas dengan
Kelembutan Dakwah” dimulai pada pukul 19.45 WIB diawali dengan pembukaan acara
oleh MC dengan memperkenalkan diri dan pembacaan tata tertib. Setelah itu
dilanjutkan MC mempersilahkan peserta untuk mendengarkan tilawah yang
dilantunkan oleh salah satu panitia. Selanjutnya
ada pemaparan dari Aman Palestin. Kemudian dilanjutkan
dengan pembacaan CV pembicara oleh moderator. Lalu setelah itu moderator
memberi waktu kepada Ustadz Amar Ar -
Risalah untuk mulai menyampaikan materi kepada
peserta KAFE SPESIAL.
Beliau memaparkan materi mengenai “Mush’ab
bin Umair (Pemuda Cerdas dengan Kelembutan Dakwah”. Kemudian dilanjutkan
dengan sesi tanya jawab. Setelah itu ada penyerahan sertifikat untuk pembicara. Lalu terdapat pengumuman doorprize.
Kemudian acara diakhiri dengan
doa penutup yang dibacakan oleh salah satu panitia dan setelah itu ditutup oleh
MC.
Materi yang disampaikan oleh Ustadz
Amar Ar – Risalah:
Pada zaman
Rasululah SAW ada seorang pemuda yang tampan sekali, nama pemuda ini adalah
Mush’ab bin Umair ra. Sejarah kisah sahabat Mush’ab bin Umair ra kebanyakan
bersumber pada hadits Rasulullah SAW. Hadist ini tercantum dalam kitab
At-Tirmidzi dan sebagian lagi dirangkum di dalam kitab Ushdul Ghabah karangan
Ibnu Atsir dan Al-Ishobah karangan Ibnu Hajar Al Asqolani. Ibnu hajar lebih
kita kenal sebagai pengarang kitab fiqih, padahal sebenarnya beliau memiliki
kitab sirah sahabat yang cukup lengkap. Di kitab Ushdul Ghabah tercantum kurang
lebih 7000 sahabat, sementara dalam kitab Al-Ishobah tercantum sekitar 10.200
sahabat nabi.
Latar belakang
Mush’ab bin Umair, beliau lahir dalam kabilah yang cukup besar, cukup kaya, dan
cukup punya rivalitas terhadap kabilah Rasulullah SAW. Di Makkah pada saat saat
itu tidak ada pemerintahan yang secara the facto menguasai tetapi yang ada
sebagaimana umumnya pemerintah di zaman itu (di Arab) yaitu pemerintahan
tribalisme (pemerintahan berdasarkan suku). Suku yang memegang jabatan
tertinggi itu sukunya Rasululah SAW, yaitu
Bani Hasyim. Disekitar Bani
Hasyim ada suku-suku yang tidak kalah kuat. Ada beberapa suku yang besar,
sukunya Abu Jahal itu namanya Bani Makhzum, sukunya Abu Bakar yaitu Bani Tayim,
sukunya Umar yaitu Bani Adi, sukunya musuh Rasulullah yaitu Utbah bin Rabi’ah,
Bani Abdu Manaf. Sukunya Mush’ab bin Umair ini memegang satu jabatan yang tidak
kalah penting, kalau sukunya Rasulullah memegang jabatan sebagai pemimpin, maka
sukunya Mush’ab bin Umair yaitu Bani Abdu Dar memegang jabatan sebagai pemegang
kunci Ka’bah, tentunya ini bukan merupakan kemuliaan yang biasa. Suku tersebut
secara spiritual itu diatas suku-suku yang lain dan lebih dihormati meskipun
tetap kehormatan utamanya ada di kalangan Bani Hasyim.Adbu Dar yang merupakan
nama dari suku Mush’ab bin Umair adalah silsilah sekitar 4 kakek keatas dari
Rasulullah dan Mush’ab bin Umair. Itulah kenapa wajar kalau Rasulullah SAW itu
parasnya, bentuk badannya, posturnya itu mirip sekali dengan Mush’ab bin Umair
karena masih terhitung saudara jauh. Maka dari itu ketika perang Uhud, orang
quraisy membunuh Mush’ab bin Umair, dia mengira sudah membunuh Rasulullah
karena kemiripan paras dan postur tadi.
Mush’ab bin
Umair bukanlah termasuk orang-orang yang awal sekali masuk islam. Berbeda
dengan Abu Bakar As Shiddiq, Thahah bin Ubaidillah, berbeda juga dengan
Abdurahman bin Auf, berbeda dengan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Mush’ab bin Umair
masuk islam setelah periode 3 tahun pertama, sudah lewat 3 tahun, jumlah orang
islam sekitar 40an, barulah Mush’ab bin Umair itu masuk islam. Di zaman
jahiliyah dulu, orang tua Mush’ab bin Umair biasa memberikan dia Hulah (di
dalam kitab sirah jelas), hulah itu semacam kain yang paling mahal. Karena
memang keluarga Abdu Dar adalah pedagang kaya dan Mush’ab bin Umair diberikan
pakaian-pakaian yang mewah dan indah. Ketika Mush’ab bin Umair itu jalan
melewati sebuah jalan, maka jejak parfumnya itu tersisa di jalan tersebut.
Itulah gambaran betapa mewah hidup Mush’ab bin Umair. Ada sebuah hadits yang
bahkan megatakan kalau Mush’ab bin Umair
bangun tidur, disebelahnya pasti ada makanan yang kemarin dan kalau Mush’ab bin
Umair itu bangun, itu makanan sudah ganti baru lagi. Betapa orang tuanya sangat
menyayangi Mush’ab bin Umair. Akan tetapi dengan demikian Mush’ab bin Umair
tidak menjadi orang yang manja. Kemudian Mush’ab bin Umair ini orang yang ingin
mencari tahu apa yang ada di sekeliling dia. Karena pada saat itu tiba-tiba
tersiar kabar ada pemuda, sahabatnya, Muhammad mengaku menjadi nabi dan
ternyata pengikutnya banyak. Saat ia lihat pengikutnya ini bukan orang yang
sembarangan, seperti Abu Bakar, Abdurahman bin Auf, dll. Alkisah Mush’ab bin
Umair ini banyak melihat orang-orang Quraisy menyiksa orang islam, dan dia
tergerak hatinya. Saat itu pasti Mush’ab bin Umair bertanya-tanya dalam dirinya
‘kenapa kalian membunuh orang-orang yang mengatakan Tuhannya adalah Allah SWT’.
Mush’ab bin Umair ingin mengetahui sejarah penyembahan kepada berhala di kota
Makkah. Karena pamannya sendiri Utsman bin Thahah adalah juru kunci dari ka’bah
itu sendiri, sukunya adalah pemegang kuci dari ka’bah itu sendiri.
Setelah itu
Mush’ab bin Umair masuk islam, akan tetapi membuat kesepakatan dulu bersama
Rasulullah, bahwa ia belum bisa menyiarkan keislamannya karena keluarg Mush’ab
bin Umair ini pasti memusuhinya. Pada saat itu kalangan dari Bani Abdu Dar itu
belum banyak yang masuk islam. Mush’ab bin Umair merahasiakan keislamannya dan
ia secara rutin hadir khalaqoh di Darul Arqom. Darul Arkom itu adalah sebuah
rumah yang diwaqafkan pada saat itu oelh sahabat Rasulullah SAW yang bernama
Arqom bin Abil Arqom. Arqom bin Abil Arqom ada, pada saat masuk islam ia masih
belasan tahun tetapi sudah menikah dan punya rumah, kebetulan rumahnya cukup
besar, karena ia adalah keponakan dari Abu Jahal (salah satu orang paling kaya
di Makkah). Arqom bin Abil Arqom terkadang sering dikaitkan dengan fiksi dan
hanya sebuah konsep, namun tidak, dalam siroh tercatat Arqom bin Abil Arqom ini
termasuk pasukan perang badar. Arqom bin Abil Arqom meninggal pada masa
pemerintahan Umar bin Khatab, dan ia mempunyai anak bernama Abdullah bin Arqom.
Dimana Abdullah bin Arqom juga tercatat dalam perang-perang bersama dengan
Rasulullah SAW. Rumah Arqom bin Abil Arqom ini dibelu oleh khalifa Bani Umayyah
dan perlahan-lahan dengan adanya pembesaran Masjidil Haram, jadi rumahnya ini
diruntuhkan. Sebelumnya rumah itu dijadikan tempat belajar oleh Mush’ab bin
Umair.
Pelajarannya
adalah, jika kita ingin belajar, kita harus menyepi dulu. Pagi kuliah, ketika
malam menyepi baca buku, ketemu ulama, kiyai agar berkah. Kalau kita
nyambi-nyambi tidak akan bisa. Kemudian suatu ketika, Mush’ab bin Umair shalat
disuatu tempat, ternyata ketahuan oleh pamannya yang bengis yaitu Utsman bin
Thahah. Ada hadits lain yang mengatakan bahwa yang melaporkan Mush’ab bin Umair
itu shalat adalah kakaknya sendiri, Abu Aziz bin Umair. Kakaknya ini ada di
kitab Ushdul Ghabah tetapi tidak ada riwayat keislaman dari kakanya Mush’ab bin
Umair. Jadi yang masuk islam dari keluarga Mush’ab bin Umair itu hanyalah
Mush’ab bin Umair dan nanti pamannya, Utsman bin Thahah akan masuk islam pada
peristiwa Fathu Makkah. Ada juga yang mengatakan Utsman bin Thahah sudah masuk
islam bersamaan dengan masuk islamnya Khalid bin Walid sebelum peristiwa Fathu
Makkah, kurang lebih satu tahun jaraknya.
Mush’ab bin
Umair pada saat itu kira-kira usianya sekitar 30 tahun pas, karena jarak
usianya dengan Rasulullah adalah 14 tahun. Pada saat itu Rasulullah berdakwah
usianya skitar 44 tahun, maka saat itu Mush’ab bin Umair ketika masuk islam
adalah 30 tahun. Usia yang sudah bebas punya pendapat sendiri akan berada
dipihak siapa, usia yang mapan dan matang. Pada saat ia ketahuan oleh orang
tuanya masuk islam, maka orang tuanya kemudia memenjarakan Mush’ab bin Umair.
Pada saat itu di kota Makkah juga ada penjara, dan penjara-penjaranya itu milik
masing-masing suku, milik masing-masing kabilah. Penjara yang paling umum pada
saati itu adalah bangunan tanpa atap. Segala kemewahan hidup Mush’ab bin Umair
itu dirampas oleh orang tuanya, segala kemewahan pakaian dan makanan tidak lagi
diberikan oleh orang tuanya. Bahkan Mush’ab bin Umair seirng sekali tidak
diberi makn berhari-hari. Sampai suatu ketika akhirnya Mush’ab bin Umair
berhasil keluar dari penjara itu dan kemudian ia berjalan dengan tertatih-tatih
karena tubuhnya sudah sangat kurus dan ditubuhnya itu penuh luka akibat
penyiksaan yang dia dapatkan dari kedua orang tuanya. Pelajarannya adalah,
sekarang kita bisa mengaji kemana saja, adayang menjagi ke habib, mengaji liqo,
ada juga yang mengaji ke guru agama. Tetapi terkadang kita disuruh mengaji saja
sampai tidak ada mau, tapi zaman dulu Mush’ab bin Umair itu mengaji sampai
disiksa oleh kedua orang tuanya. Tetapi Mush’ab bin Umair tetep bertahan, tidak
diberikan makan, tetap mengaji, ini yang zaman sekarang mungkin keteguhan
hatinya tidak sama dengan kita.
Sampai pada
suatu saat, karena sahabat-sahabat itu kasian melihat Mush’ab bin Umair tidak
bisa berjalan, kelaparan, kelelahan, banyak luka ditubuhnya, maka Mush’ab bin
Umair ditandu emnggunakan busur yang disusun sedemikian rupa menjadi seperti
tandu. Akhirnya Mush’ab bin Umair pelan-pelan menemukan kesehatannya lagi dan
akhirnya menjadi sahabat Rasulullah SAW yang paling setia. Ini bagian pertama
dari biografi Mush’ab bin Umair. Tetapi pada saat itu Mush’ab bin Umair tetap
tampil sebagai pemuda bangsawan. Berbeda dengan pemuda-pemuda zaman sekarang
yang tidak tampil sebagai pemuda-pemuda da’i yang hebat, yang harum, indah,
tampan, dan bersih. Ini adalah pembelajaran untuk kita. Ketika kita kuliah,
memang kita tidak disiapkan untuk menjadi seorang da’I, akan tetapi kita semua
tahu, bahwa penting sekali untuk mempunyai menampilan rapi dan wangi sebagai
apapun itu nantinya, misalnya pedagang ataupun investor. Dan inilah yang
kemudian diprektekkan oleh sosok Mush’ab bin Umair. Sehingga kemudian ketika
Mush’ab bin Umair pertama kali datang ke kota Madinah, Al Bara bin Aziz,
seorang penduduk Madinah, sahabat Rasulullah SAW saat itu menyaksikan, sebelum
Mush’ab bin Umair itu berbicara, dari penampilannya, dari aroma wanginya, ia
(Al Bara bin Aziz) sudah menganggap bahwa Mush’ab bin Umair adalah salah satu
dari pemuda-pemuda yang ada di surge, karena parasnya tampan dan indah, wangi
dan berpenampilan rapi. Mush’ab bin Umair selalu tampil dengan rambut tersisir
rapi.
Babak baru
kehidupan Mush’ab bin Umair itu dimulai ketika ia menjadi da’i yang dikirim
bersama salah seorang pemimpin Madinah bernama As’ad bin Zurarah untuk
mengislamkan penduduk Madinah. Mush’ab bin Umair mengambil tugas itu dari
Rasulullah SAW. Berangkatlah ia bersama dengan As’ad bin Zurarah. Suatu ketika
Mush’ab bin Umair berhasil mengislamkan beberapa orang, akan tetapi setelah
mengislamkan beberapa orang itu ketahuan sama dua orang kepala suku namanya Usaid
bin Hudhair dan Sa’ad bin Mu’adz, termasuk kepala suku yang paling tinggi di
madinah. Usaid bin Hudhair datang ke Mush’ab bin Umair, pada awalnya ingin membunuh Mush’ab bin Umair, tapi Mush’ab bin
Umair mengatakan kepada Usaid bin Hudhair untuk mendengarkan dulu perkataannya.
Mush’ab bin Umair mengatakan ‘kalau kira-kira saya ini adalah seorang
pembohong, pendusta, atau dukun, dan lain sebagainya, silahkan lakukan apapun
kepada saya, tapi kalau engkau merasa apa yang saya katakana ini benar, engkau
bebas, mendiamkan saya atau ikut dengan saya’. Itulah gambaran ketenangan
Mush’ab bin Umair dalam menghadapi orang yang ingin membunuhnya.
Karena Sa’ad bin
Mu’adz dan Usaid bin Hudair ini adalah dua orang pemimpin kepala suku, maka
sukunya yaitu Bani Abdul Asyhal. Abdul Asyhal itu nama orang, dan Asyhhal itu
nama berhala, jadi artinnya hamba dari berhala, Abdul Asyhal itu kakek-kakeknya
mereka dizaman dulu. Kemudian Usaid bin Hudair ini masuk ke islam, singkat
cerita Mush’ab bin Umair berhasil mengislamkan kira-kira hampir 1/3 atau ¼
penduduk Madinah. Kemudian Mush’ab bin Umair sebelum musim haji, pulang kepada
Rasulullah SAW memberitahukan keberhasilan misinya di kota Madinah. Akhirnya
terjadilah peristiwa hijrah, ketika terjadi peristiwa hijrah Mush’ab bin Umair
membawa seluruh keluarganya, yakni istirnya yang bernama Hamnah binti Jahsy
yang merupakan sepupu dari Rasulullah SAW. Hamnah binti Jahsy juga termasuk
kedalam ahlul bait. Ahlul bait itu bukan hanya dari keturunan Rasulullah SAW,
tetapi juga daru keturunan kakek buyutnya Rasulullah SAW. Jadi sebenarnya
keturunan dari Bani Abbas itu juga termasuk ahlul bait.
Kemudian periode
selanjutnya dari Mush’ab bin Umair adalah di medan jihad. Mush’ab bin Umair
tidak pernah absen di medan perang bersama Rasulullah SAW ataupun ketika
Mush’ab bin Umair diutus sendirian. Suatu ketika, Mush’ab bin Umair diberikan
amanah oleh Rasulullah SAW sebagai pemegang bendera perang pada perang uhud. Alkisah,
Abbas bin Abdul Muthalib yang ketika itu diutus sebagai intel nya Rasulullah
SAW, mengirimkan surat yang memberitahukan bahwa kaum Quraisy mengirimkan
pasukan 3000 bersenjata lengkap, dan kemugnkinan besar mereka akan sampai ke
negeri Rasulullah SAW sekitar 3 hari lagi. Mengetahui hal tersebut Rasulullah
SAW menggelar syuro, ketika syuro sebagian kaum muslimin berpendapat akan
menghadapi mereka di benteng yang ada di kota Madinah saja. Tapi sebagian besar
kaum muslimin beranggapan untuk menghadapi kaum Quraisy ini langsung saja di
lapangan peperangan, tidak didalam benteng, karena mereka iri dengan orang yang
sudah ikut di perang badar dan menang, mereka merasa di perang uhud ini pasti
menang. Ternyata Rasulullah SAW mengambil pendapat untuk bertahan di dalam
benteng, tapi ternyata pendapat Rasulullah SAW itu kalah, itu adalah
musyawarah. Apabila ada pendapat yang bukan merupakan tuntunan Allah SWT itu di
musyawarahkan, namun apabila terdapat hal yang sudah ditetapkan oleh Allah itu
jangan di musyawarahkan. Mereka semua sepakat, ajaran dari Allah SWT, kalau ada
perang jangan mundur. Para sahabat tidak bermusyawarah ‘kita harus tidak
berperang?’ tetapi mereka bermusyawarah mengenai bagaimana cara perangnya.
Pelajarannya adalah ketika sedang bermusyawarah segala sesuatunya itu
dikembalikan lagi kepada Allah SWT, kembalikan lagi kepada al-qur’an dan
sunnah.
Kemudian singkat
cerita Mush’ab bin Umair memegang jabatan sebagai pemegang bendera perang.
Jabatan ini cukup penting karena bendera ini adalah lambang bahwa pasukan itu
sudah menang ataupun kalah. Terjadilah peperangan besar sampai alkisah menang
di awal, tetapi ketika pasukan pemanah yang ditempatkan diatas bukit itu
melihat pasukan kaum muslimin sudah menang dan pasukan Quraisy sudah terdesak,
mereka meninggalkan bagian penjagaan mereka. Pasukan pemanah ini jumlahnya
cukup besar sekitar 50 orang dan sukses menahan serbuan pasukan berkuda. Ketika
mereka turun dari bukit, akhirnya pasukan berkuda tersebut kembali lagi dan
kemudian pasukan kaum muslimin digilas habis-habisan. Ketika itu, termasuk para
syuhada adalah Mush’ab bin Umair. Mush’ab bin Umair pada saat itu dibunuh oleh
seorang prajurit berkuda namanya Ibnu Qami’ah. Ibnu Qami’ah ini mengira Mush’ab
bin Umair ini adalah Rasulullah SAW. Maka ketika itu ia berteriak ‘Muhammad terbunuh, Muhammad terbunuh’.
Dan pada saat itu mental kaum muslimin hancur seketika, akhirnya kaum muslimin
kembali dikejar, akan tetapi mereka dengan cepat bisa menyusun kembali
barisannya, sehingga kota Madinah tetap terjaga dari serbuan kamum musyrikin.
Mereka hanya kalah di medan perang, akan tetapi sebetulnya secara politik dan
ekonomi kaum muslimin tidak kalah pada saat itu. Karena tujuan perangnya adalah
mereka ingin menghancurkan kota Madinah.
Kisah yang
sangat memilukan sekali yaitu ketika Mush’ab bin Umair wafat dari medan perang,
lalu ditemukan jasadnya, sahabat Rasulullah tidak menemukan kain apapun yang
bisa digunakan untuk menutup jasad Mush’ab bin Umair selain kain burdah. Kain
burdah itu semacam kain selimut yang bahannya kasar, digunakanlah untuk menutup
jenazah Mush’ab bin Umair. Tetapi ketika ditutup sampai kepala, kakinya
terbuka, ketika ditutup sampai kaki, kepalanya terbuka. Sampai sahabat
Rasulullah SAW melihat hal tersebut menangis, bukan karena sedih melihat
Mush’ab bin Umair, tapi karena haru. Dulunya Mush’ab bin Umair itu adalah
pemuda yang sangat kaya, akan tetapi pada saat ia wafat bahkan kita tidak bisa
mendapatkan apapun untuk menutup jenazahnya. Berbeda dengan pemuda zaman
sekarang, kita ini banyak angan, misalnya pemikiran ‘kalau kita kaya, saya akan
begini, saya akan begitu’. Mush’ab bin Umair itu sudah kaya, tetapi ketika dia
sudah kaya dia melepas kekayannya itu untuk berdakwah dan berjihad di jalan
Allah SWT. Itulah akhir dari kisah Mush’ab bin Umair sebagai syuhada di perang
uhud.
Sebagai tambahan
ada kisah yang mengharukan, suatu ketika 30 tahun kemudian ketika Rasulullah
SAW sudah meninggal, islam sudah tersebar kemana-mana, dan kaum muslimin sudah
kaya, pada saat itu islam sudah berhasil menguasai kerajaan Persia dan kerajaan
Romawi. Abdurrahman bin Auf, seorang sahabat dekat dari Mush’ab bin Umair,
didatangkan sepiring makanan yang makanan ini adalah makanan mewah. Tapi suatu
ketika ternyata ketika sedang makan, Abdurrahman bin Auf tertegun tiba-tiba
menangis. Lalu ditanya oleh sahabat-sahabat yang lain yang tidak pernah
berjumpa dengan Mush’ab bin Umair kenapa menangis, lalu ia menceritakan ‘suatu
ketika, kami itu menjumpai Mush’ab bin Umair sebagai pemuda kaya yang setiap
hari makananya seperti makanan ini, tapi karena dia berdakwah, maka dia
kehilangan fasilitas ini, dia tidak makan ini semua, karena dia berdakwah, dia
kurus dan kelaparan, dia menggunakan pakaian compang-camping’. Dalam hal ini,
berbeda dengan kita, karena kita berdakwah kita makan makanan mewah, karena
kita berdakwah maka kita dapat fasilitas, karena kita berdakwah justru kita
kaya. Ini mengandung pesan yang luar biasa.
Ada satu kisah
lain, ketika Rasulullah SAW duduk bersama dengan sahabat-sahabatnya di kuba,
tiba-tiba datanglah Mush’ab bin Umair dengan pakaian yang compang-camping
seperti orang miskin dengan tubuh yang kurus dan kelelahan, menunduk dan pucat.
Dan ini penampilan Mush’ab bin Umair sehari-hari. Para sahabat-sahabat yang
lain menunduk malu, karena merasa pengorbanan dalam agama ini tidak seperti pengorbanannya
Mush’ab bin Umair. Mereka masih tetap bisa makan dan berpakaian yang bagus,
mereka tidak merasakan sebagaimana yang dirasakan Mush’ab bin Umair, dari
pemuda yang paling kaya, demi agaman ini, ia menginggalkan kemewahannya. Dan
akhirnya Rasulullah SAW berkomentar inilah Mush’ab bin Umair, pemuda yang
meninggalkan kenikmatan dunia demi berjihad dijalan Allah SWT.
Mush’ab bin
Umair mempunyai anak namanya Muhammad bin Mush’ab bin Umair dan juga Zainab
binti Mush’ab bin Umair dari pernikahannya dengan Hamnah binti Jahsy. Akan
tetapi kemudian Hamnah binti Jahsy ini akan dinikahi oleh sahabat Rasulullah
yang lain setelah Mush’ab bin Umair meninggal. Jadi keturunan Mush’ab bin Umair
itu sampai sekarang ini masih ada. Dan kalau kita lihat dalam kitab tabaqat
al-kubra karangan Ibnu Sa’ad, Mush’ab bin Umair itu adalah seorang sahabat yang
digelari Rasulullah SAW sebagai Mush’ab Al-Khayr, karena dibandingkan dengan
sahabat-sahabat yang lain, Mush’ab bin Umair itu penampilannya yang paling
rapi, wangi, paling enak dilihat, paling bagus, paling mewah, tetapi itu semua
tidak menyebabkan ia sombong, tidak menyebabkan ia tidak mau meninggalkan
kemewahan demi agama islam.
Tanya Jawab
·
Pertanyaan Pertama
Bagaimana cara kita
bisa meniru sahabat Mush’ab bin Umair, sedangkan mental atau keteguhan hati
kita berbeda dengan orang-orang kala itu?
Jawaban: Ada hal-hal kecil
yang bisa ditiru dari Mush’ab bin Umair, pertama persoalan penampilan. Betapa
banyak diantara kita yang penampilan itu apa adanya dan ala kadarnya. Mush’ab
bin Umair itu wangi, kalau jalan maka aroma wanginya tersisa di jalan tersebut.
Yang kedua, Mush’ab bin Umair itu rapi, bagus dan rambutnya disisir rapi.
Kemudian Mush’ab bin Umair itu tidak pernah setengah-setengah dalam belajar.
Buktinya ketika dia melihat kebenaran islam maka dia menghampiri Rasulullah SAW
ke Darul Aqqam, ia yang lebih dulu menghampiri guru. Pertanyaannya disini untuk
kita adalah siapa yang saat ini mempunyai kebiasaan tersebut? Guru itu
dihampiri lebih dulu, kita datangi lebih dulu. Guru itu pasti ada disekitar
kita contohnya di masjid dekat rumah kita, selain itu di sekolah/kampus pun
ada. Akan tetapi hal tersebut seakan-akan tidak membuat kita tertarik. Mush’ab
bin Umair itu konsekuen dalam belajar, tuntas dalam belajar. Karana ia tuntas
dalam belajarnya, Mush’ab bin Umair bisa menjadi guru dari satu kota yaitu guru
dari masyarakat Madinah. Itulah yang bisa kita tiru dari Mush’ab bin Umair,
keteguhan belajarnya, penmapilan yang bagus, rapi, dan wangi sebagaimana tampil
sebagai da’i, rela meninggalkan kekayaannya demi islam bahkan disaat orang
tuanya melarang.
·
Pertanyaan kedua
Penampilan generasi
milenial atau gen z sekarang ini banyak yang mungkin ingin menarik perhatian
yang akhirnya terbawa pada lingkungan. Bagaimana kita menyikapi pengaruh
lingkungan tersebut. Misalnya kita memang punya prinsip yang berbeda, ingin
tampil apa adanya tapi terkadang terpengaruh pada tren suatu lingkungan
tertentu. Bagaimana cara tampil sederhana tapi punya integritas yang tinggi?
Jawaban: Mush’ab bin Umair
berpenampilan rapi tapi tidak untuk pansos,
ia memang karakternya rapi. Cara paling mudah agar kita tidak terpengaruh
dengan pergaulan dari lingkungan adalah pertama punya guru, guru dari mana
saja, misalnya NU dan muhammadiyah. Kita punya guru agar nantinya kita bisa
meniru, guru ini bergaul kemana saja, cara mendapatkan hartanya bagaimana,
ilmunya bagaimana, cara bicaranya bagaimana, bahkan penampilannya. Atau juga
mengikuti kajian sunnah, yang terpenting adalah memiliki guru. Mush’ab bin Umairdan
sahabat lainnya punya guru, siapa? Ya Rasulullah SAW. Sehingga mereka tidak
terpengaruh dengan lingkungan-lingkungan yang kotor. Kalau sekarang ikatkan
diri pada sebuah organisasi islam, tentu jangan radikal. Kemudian
berhati-hatilah kepada pertemanan yang biayanya mahal agar tampak mewah.
Hindari hal-hal seperti itu yang seakan-akan biaya pertemanannya mahal. Berbeda
halnya dengan kumpul disuatu tempat yang hidangannya terbilang mahal, tetapi
untuk deal in something, sehingga
ketika mereka pulang, mereka membawa sesuatu yang nilainya ribuan kali lipat
dari hidangan tersebut. Tetapi kalau hanya untuk mengobrol tanpa men-deal-kan
sesuatu, ini yang membuat kita jadi miskin.
·
Pertanyaan Ketiga
Mengingat zaman ini
sudah banyak kenikmatan dunia yang menggoda kaum pemuda, bagaimana agar kita
tidak tergoda, dan bagaimana ara untuk membentengi diri dari kenikmatan dunia?
Jawaban: Jangan bersikap
terlalu pelit terhadap diri sendiri, tetapi juga jangan terlalu royal,
bersikaplah di pertengahan. Yang kedua, rata-rata kenikmatan dunia yang sering
membuat orang tergoda yakni syahwat, interaksi antara laki-laki dengan
perempuan. Maka batasilah interaksi antara lawan jenis, karena interaksi ini
yang menyebabkan kita nanti kehilangan rem. Cara agar kita terhindar dari
syahwat dunia pertama adalah puasa, hindari interaksi dengan lawan jenis,
jangan kebanyakan halu, scroll instagram, nonton drama, dengar musik. Karena
hal tersebut yang banyak membuat kita halu, seperti ada postingan liburan kita
iri, dan hal lainnya yang akan membuat kita iri dan insecure. Maka jadilah diri
kita dengan versi yang terbaik, jadi orang yang tidak tergoda dengan kenikmatan
dunia. Orang yang tergoda dengan kenikmatan adalah orang yang tanda kutip
ngangggur, seperti tidak ada hal lain yang bisa dikerjakan. Terakhir cari guru
da guru itu diminta untuk mengajari ilmu-ilmu agama, dengan begitu in syaa
Allah kita akan bisa membedakan, mana kenikmatan duniawi, mana kenikmatan yang
boleh-boleh saja kita nikmati asalkan tidak berlebihan.
Closing
Statement
Pertama
sebagaimana biografi Mush’ab bin Umair, teladanilah apa yang bisa diteladani,
yang belum bisa, doakan kepada Allah SWT agar kita bisa meneladani beliau
disisi itu. Yang kedua, kalau kita lihat di siroh nabawiah, tidak ada biografi
Mush’ab bin Umair, adanya saat ia meninggal di perang uhud. Tetapi kalau kita
ingin melihat biografi beliau, memang harus di buku khusus yang membahas
masalah sahabat Rasulullah SAW. Lalu yang ketiga, mari bersama-sama doakan
semoga kita menjadi orang yang seperti Mush’ab bin Umair, tidak melewatkan
kesempatan ilmu, tidak melewatkan kesempatan jihad, dan menjadi orang yang
terbaik, bahkan Mush’ab bin Umair diabadikan menjadi Mush’ab Al-Khayr, yang
artinya Mush’ab yang baik atau terbaik.
Jazakumullah Khairan
Katsir, Sampai jumpa dilain kesempatan
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar