PRESS RELEASE KAFE #19
“Millenial Berdakwah. Why Not?”
Hari/Tanggal : Kamis, 18 November 2021
Waktu
: 19.45 – 17.11
Tempat
: Zoom Cloud Meeting
Pemateri
: Ka Bagus Tito Wibisono, S.Pd
Moderator
: Riansyah
MC : Riansyah
Agenda
:
1. Pembukaan
oleh MC
2. Tilawah
3. Pembacaan
CV Moderator
4. Pemaparan
materi oleh pembicara
5. Tanya
jawab
6. Penayangan
Video
7. Pembacaan
Doa dan Penutup
8. Sesi
dokumentasi
BSO
Al Iqtishodi mengadakan KAFE (Kajian Islam Fakultas Ekonomi) dengan tema “Millenial
berdakwah. Why Not?” dimulai pada pukul 19.45 WIB diawali dengan pembukaan
acara oleh MC dengan memperkenalkan diri dan pembacaan tata tertib. Setelah itu
dilanjutkan MC mempersilahkan peserta untuk mendengarkan tilawah yang
dilantunkan oleh salah satu panitia. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan CV
pembicara oleh moderator. Setelah itu moderator memberi waktu kepada Kak Bagus
Tito Wibisono untuk mulai menyampaikan materi kepada peserta KAFE #19. Beliau
memaparkan materi mengenai Millenial
Berdakwah. Why Not?. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Setelah
itu ada penyerahan sertifikat untuk pembicara. Kemudian acara secara
selanjutnya adalah penayangan video oleh operator dan diakhiri doa dan penutup
oleh MC serta sesi dokumentasi.
Materi
yang disampaikan oleh Kak Bagus Tito Wibisono
Millennial
berdasarkan usia atau tahun lahir yaitu, sebagai berikut:
1. Baby
Boomers (sekitaran lahir di tahun 1946-1964)
2. Generasi
X (sekitaran lahir di tahun 1965-1980)
3. Millennials
(sekitaran lahir di tahun 1981-1995)
Generasi
millennials ini disebut sebagai Generasi Y, akan tetapi karena berada di era
millennium makanya disebut sebagai generasi millennials. Generasi ini sedang
masa-masanya menguasai dan di prediksi hingga tahun 2035.
4. Generasi
Z (sekitaran lahir di tahun 1996-2010)
Generasi
ini berdampingan dengan generasi millennials untuk saat ini.
Pengelompokkan
millennials berdasarkan lifestyle yaitu, sebagai berikut:
1. Kecanduan
internet
2. Mudah
berpaling ke lain hati
3. Lebih
menyukai transaksi non tunai
4. Kerja
cerdas dan cepat
5. Bisa
apa saja
6. Liburan
kapan saja, di mana saja
7. Cuek
dengan politik
8. Suka
berbagi
9. Tidak harus memiliki
Tapi,
sebenarnya poinnya adalah dakwah buka sekedar soal usia saja. Maksudnya adalah berapapun
umur kita, kita memiliki kewajiban untuk berdakwah. Karena dakwah itu hukumnya
adalah wajib. Dakwah itu poinnya adalah mengajak. Sesuai dengan Q.S An-Nahl
ayat 125:
Adapun perbedaan pendapat yang di mana di sampaikan melalui debat antara orang berilmu dengan mafsu, jika debat yang dilakukan dengan orang-orang besar yang memiliki ilmu jawaban yang diberikan terlihat damai meskipun adanya perbedaan pendapat karena disampaikannya secara baik-baik. Akan tetapi, jika dengan nafsu misalnya debat antar pelajar, maka akan timbul sebuah keributan.
Ada sebuah kisah dari cucunya Nabi Muhammad SAW, yaitu Hasan dan Husein, mereka berdakwah dan meihat orang tua wudhu nya salah atau gak tertib. Apakah Hasan dan Husein akan memceramahi orang tua tersebut di depan umum? Jawabannya adalah tidak, mereka berdakwah saling bercakap-cakap, “Eh, Husein kok wudhu kamu seperti itu sih? Yang saya tahu dari Nabi sete;ah wajah it uke tangan dulu baru ke kepala.”, “Oh begitu ya Hasan, terima kasih ya sudah mengingatkan saya”. Mereka berdua membuat dialog seakan-akan di antara mereka yang membuat kesalahan, padahal mereka sedang mengingatkan orang yang lebih tua di sebelahnya tanpa menjatuhkan orang itu.
Ada juga kisah tentang anggur, dari Imam Syafi’i dengan gurunya Imam Malik, Imam Malik mengatakan bahwa rezeki itu sudah diataur dari Allah, mau kita mencari maupun kita tidak mencari Allah sudah kasih rezeki buat kita karena rezeki sudah di tulis sama Allah di Al-Qur’an. Akan tetapi, Imam Syafi’I tidak setuju dengan Imam Malik, menurut beliau bahwa rezeki itu kita perlu adanya usaha dulu dan ikhtiar agar kita mendapatkan rezeki. Imam Syafi’I ingin membuktikan kepada gurunya jika kita ingin mendapatkan rezeki hendaknya perlu usaha bukan dengan diam saja, Akhirnya Imam Syafi’I membantu orang lain di kebun anggur, mulai dari membersihkan kebun dan lain-lain, lalu beliau menerima upah berupah buah anggur. Buah anggur tersebut dibawa beliau ke gurunya Imam Malik, sebagai bukti bahwa untuk mendapatkan anggur tersebut beliau membutuhkan sebuah usaha dan ikhtiar. Lalu, maksud dari Imam Malik bahwasannya rezeki sudah diberikan oleh Allah tanpa ikhtiar adalah rezeki tersebut sudah digariskan oleh Allah, yang di mana pastinya rezeki itu nantinya akan dating.
·
Bagaaimana sih
caranya berdakwah terhadap generasi Millenial dan Zillenial?
Yang terjadi saat ini
di generasi millennial dan zillenial adalah mereka banyak yang mengutamakan
hawa nafsunya dalam dakwah, merasa paling benar, tidak menerima perbedaan
pendapat, tidak suka argumennya dipatahkan, dll.
Adapun perbedaan antara
generasi millennial dan zillenial, sebagai berikut:
Dari hal tersebut,
sehingga muncullah sebuah tips bagaimana car akita berdakwah kepada generasi
millennial atau generasi Z atau generasi kekinian saat ini yaitu dengan sebuah
metode yang Bernama “RUSH Method” (tapi metode ini dikhususkan untuk sosial
media).
1. Related,
realistis bukan utopis.
Dakwah
kita di media sosial harus related dengan apa yang pertama kali di cari nih
sama generasi kekinian saat ini. Yang sedang viral di medsos, yaitu ketika
masuk ke toilet harus mendahulukan kaki kiri, dibuat dan dirangkum secara
menarik seperti yang tersebar di medsos.
2. Updated,
kekinian, tidak terlalu jadul
Dakwah
di media sosial juga hendaknya selalu update dan kekinian. Bisa dituangkan
dengan sesuatu yang menarik, seperti video singkat, gambar atau tulisan.
3. Simple,
sederhana tapi ngena
Banyak
sekali millennial yang tidak suka dengan kalimat panjang, makanya untuk di
kalangan millennial dan zillenial twitter ini sudah ditinggalkan. Anak generasi
kekinian saat ini menginginkan yang simple saja, missal video singkat, dll. Bahasan
yang disampaikan juga semestinya jangan langsung ke pembahasan yang berat,
missal konten kita sajikan tentang harta warisan ini tidak disarankan, untuk
bahasan yang dibuat yaitu di mulai dengan hal-hal yang sederhana terlebih
dahulu.
4. Humbled,
mentor tapi bukan tutor.
Sesi Tanya Jawab :
Ø Pertanyaan
Pertama
Saat kita sedang
mengobrol dengan teman sebaya, dalam obrolan tersebut menyinggung ajaran agama
dan di mana mereka melihat ajaran agama hanya di lihat dari Batasan orangnya
saja akan tetapi bukan dari ilmu. Lalu, bagaimana pendapat kak Bagus terhadap
hal tersebut?
Jawaban
:
Ketika kita sedang
membicarakan kisah, perbedaan pendapat, tentang ketokohan, dst. Bukan level
kita untuk mengomentari soal tokoh, contoh mereka baru membaca satu kita
tentang mazhab contohnya atau perbandingan pendapat ulama kemudian
mendeskritkan ulama tertentu atau tokoh tertentu. Menurut Umar Bin Khattab,
derajat seseorang yang berilmu itu ada tiga yaitu:
1. Dia
yang memiliki ilmu derajatnya sombong
2. Dia
merasa dia bodoh
3. Dia
merasa tidak mempunyai apa-apa
Itu sudah pasti untuk orang-orang yang mau belajar seperti itu, missal kita sudah ikut kajian satu kali pasti kita merasa diri kita pintar, itu normal makanya masih banyak perdebatan yang sifatnya tendensius yang mengarah kepada konflik ketika orang sedang belajar, karena di mana ia masih berada di level satu ketika ia punya ilmu yaitu ia akan merasa sombong. Akan tetapi, jika kita dalami lagi ilmu tersebut, maka kita akan merasa bodoh karena kitab yang kita baca baru satu, di mana masih banyak lagi kitab yang lainnya. Tapi, setelah kita belajar, belajar, dan belajar banyak buku karena kita merasa bodoh sampailah kita pada titik nomor tiga yaitu kita merasa tidak punya apa-apa. Jadi, tingakatan tertinggi dari orang yang mau belajar adalah ia yang merasa tidak memiliki apa-apa. Jadi, kalau untuk menanggapi suatu circle yang suka menyandarkan satu pendapat kepada satu tokoh tertentu, jika kita mau menjadi orang yang bijak kita sampaikan pendapat kita dan kita tinggalkan mereka dengan cara yang baik-baik.
Ø Pertanyaan Kedua
Kadang tuh suka ngerasa
gengsi buat mengajak, kira-kira bagaimana y acara agar kitab isa lebih pede
mengajak teman atau saudara kepada kebaikan?
Jawaban
:
Kita jangan berpikir
kalau dakwah harus punya ilmu dulu, itu benar di dalam kondisi tertentu tapi
kalau mindset nya begitu kecenderungannya akan jadi salah. Jadi, maksudnya
adalah begini jika kita merasa dakwah itu adalah untuk orang-orang yang sudah
berilmu mau sampai kapan kita merasa kita punya ilmu. Contohnya, jika kita
sudah S1 akan tetapi kita masih merasa ilmu yang kita miliki maish kurang dan
belum mau untuk berdakwah, lalu lanjut S2 tapi merasa ilmunya maish kurang juga
untuk berdakwah, pertanyaannya mau kapan berdakwahnya di mulai? Jadi, hendaknya
kita harus paham bahwa konsep dakwah di awal adalah mengajak. Di dalam Q.S
Al-Asr, ada sepenggal ayat yang artinya mengajak pada kesabaran dan kebaikan. Maksud
dari mengajak kepada kesabaran dan mengajak kepada kebaikan adalah Dakwah.
Dalam mengajak orang untuk berada dijalan Allah kita gak butuh kepercayaan diri
seharusnya karena itu merupakan salah satu perintah dari Allah untuk kita
sebagai umatnya mengajak orang lain kepada atau berada di jalannya. Lalu,
tumbuhkan mindset masing-maisng, jikalau berdakwah dalam sebuah organisasi yang
terstruktur contohnya LDK, LDF seperti BSO Al Iqtishodi ini memerlukan
perencanaan yang matang dan butuh kepercayaan diri, akan tetapi jika berdakwah
interpersonal ini hanya dibutuhkan kesadaran diri, dan membutuhkan jam terbang
maksudnya adalah hanya butuh keseriusan
dari kita nya jika ingin berdakwah karena learning by doing.
Ø Pertanyaan
Ketiga
Kebanyakan orang
melihat dakwah yang di share dari Snap WA atau Instagram melihat hanya dari
profil diri orang tersebut, yang di mana orang tersebut dulunya sering
melakukan hal maksiat seperti suka mabuk-mabukan, tapi orang itu telah taubat
dengan cara share kebaikan tersebut melalui sosmed. Akan tetapi, kebanyakan
orang melihat pribadi diri kita yang dulu, lalu bagaimana cara yang harus kita
lakukan untuk menanggapi orang tersebut menurut kakak?
Jawaban
:
Sesuai dengan hadits Arbain nomor
satu Riwayat bukhari dan muslim, sesungguhnya segala amal tergantung kepada
niat. Hati-hati ketika kita melakukan sesuai yang bersandar kepada penilaian
orang lain, nantinya ditakutkan malah niat kita untuk melakukan sesuatu bukan
lurus karena Allah, malah nanti niat kita adalah untuk mendapatkan komentar
dari orang lain. Jadi, kalau kalian ingin berdakwah ya dakwah saja. Tapi, jika
masa lalu kita diungkit itu bukan urusan kita. Kalau kalian punya Instagram,
maka jejak-jejak masa lalu kalian kalau bisa di hapus aja, takutnya nanti hal
yang kurang baik dari masa lalu kita maka akan timbul fitnah.
Closing
Statement
Yuk, manfaatkan media sosial kita khususnya untuk berdakwah, karena sudah terlalu banyak konten negative bermunculan di media sosial kita, karena jika tidak di lawan dengan konten positif banyak orang yang semakin tersesat di jalan yang salah. Maka, kita kembalikan mereka ke jalan yang benar.
Jazakumullah
Khairan Katsir, Sampai jumpa dilain kesempatan
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar