PRESS RELEASE KAFE (Kajian Islam Fakultas Ekonomi) #9
“Pillars of Islam”
Hari/Tanggal : Kamis, 29 Juli 2021
Waktu : 15.50 – 17.11
Tempat : Zoom Cloud Meeting
Pemateri : Ust Idrus Abidin
Moderator : Azis Bayuhadi
MC : Azis Bayuhadi
Agenda :
1. Pembukaan oleh MC
2. Tilawah
3. Pembacaan CV Moderator
4. Pemaparan materi oleh pembicara
5. Tanya jawab
6. Pembacaan Al-Matsurat
7. Sesi dokumentasi
BSO Al Iqtishodi mengadakan KAFE (Kajian Islam Fakultas Ekonomi) dengan tema “Pillars of
Islam” dimulai pada pukul 15.50 WIB diawali dengan pembukaan acara oleh MC dengan
memperkenalkan diri dan pembacaan tata tertib. Setelah itu dilanjutkan MC mempersilahkan
peserta untuk mendengarkan tilawah yang dilantunkan oleh salah satu panitia. Kemudian
dilanjutkan dengan pembacaan CV pembicara oleh moderator. Setelah itu moderator memberi
waktu kepada Ust Idrus Abidin untuk mulai menyampaikan materi kepada peserta KAFE #9.
Beliau memaparkan materi mengenai Pillars of Islam. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab. Setelah itu ada penyerahan sertifikat untuk pembicara. Kemudian acara secara selanjutnya
adalah pembacaan Al-Matsurat yang di pimpin oleh salah satu panitia dan diakhiri dengan sesi
dokumentasi.
Materi yang disampaikan oleh Ustadz Idrus Abidin
Di mulai dari ibadah karena dilihat ibadah ini merupakan rangkuman atau rumpun besar dari
adanya rukun Islam.
A. Makna Ibadah
Makna ibadah menurut Bahasa adalah suatu perpaduan ketaatan dan kepatuhan yang
menyatu dengan rasa cinta kepada Allah. Makna intinya yaitu, kepatuhan, ketundukan dan
ketaatan. Taat dan patuh tanpa rasa cinta kepada Allah belum dikatakan atau bukanlah
dikatakan ibadah, karena orang munafik pun secara kepatuhan atau ketaatan dalam
melaksanakan sesuatu atau syiar-syiar Islam itu patuh juga sampai mereka ikut berjihad juga,
bukan sekedar shalat dan puasa saja, namun motivasi mereka untuk melakukan hal tersebut
tanpa di dukung oleh rasa cinta kepada Allah Swt. tapi murni hanya sekedar pencintraan,
sehingga mereka tidak dianggap beribadah kepada Allah Swt.
Sedangkan makna ibadah menurut istilah adalah sebuah kata atau sebuah istilah yang
merangkun segala hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik ucapan ataupun perbuatan
baik secara lahir maupun batin. Segala ucapan lahiriah kit aini adalah ibadah, lalu ada
ucapan atau perbuatan batin kita yang mengarah keridhaan Allah juga disebut ibadah.
Sehingga makna ibadah secara luas ialah mencakup seluruh aspek kehidupan, di mana kita
disini ada hak untuk membedakan mana yang baik dan buruk, antara yang diridhain Allah
dan tidak diridhain Allah.
Inti dari ibadah itu adalah apakah sesuatu yang sudah kita lakukan itu di ridhai oleh Allah
Swt. dan di cintai oleh Allah Swt. dan hal yang di ridhai atau di cintai oleh Allah Swt. itu
sudah dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Qur’an.
B. Syarat Diterimanya Ibadah
Syarat diterimanya ibadah terbagi menjadi dua yaitu:
1. Syarat Mendasar
Yang pertama, masalah keikhlasan (la ilaha illallah) di mana ini adalah sejauh mana
segala perbuatan yang kita lakukan murni karena Allah Swt. Ini termasuk kedalam
substansi Islam karena ini menunjukan ketika kita bekerja atau melakukan sesuatu
ataupun meninggalkan sesuatu itu motivasinya adalah Allah Swt. bukan pertimbangan
duniawi dan manusiawi akan tetapi karena rasa cinta kepada Allah Swt.
Yang kedua, mengikuti petunjuk dan prosedur Rasulullah Ittiba’ (Muhammadun
Rasulullah).
2. Syarat Kesempurnaan
Yang pertama, Berpegang teguh pada ajaran Islam. Karena Islam adalah indicator
hidayah, yang merupakan standar penerimaan amal penjelasan mengenai Tindakan amal,
Tindakan hati, lisan, maupun fisik yang diterima oleh Islam sehingga kita sebagai
seorang muslim harus benar-benar memastikan bahwa Langkah-langkah yang telah kita
lakukan sudah sesuai dengan ajaran Islam.
Yang kedua, Bersegera menunaikan ibadah saat waktunya tiba. Kita harus bisa melihat
dan menyesuaikan waktu dengan tuntutan ibadah yang sudah semestinya kita lakukan,
misalnya saat adzan ashar, kita langsung mengerjakan shalat ashar langsung setelah
adzan berkumandang.
C. Tiga Pilar Ikhlas
1. Cinta Allah (Mahabbatullah)
Sejauh mana rasa cinta kita kepada Allah Swt, maka itu sama dengan sejauh mana kita
tulus, murni dan mampu untuk berorientasi pada keridhaan dan kecintaan-Nya. Maka
mengenal Allah disini itu perlu dengan memperdalam ilmu tauhid agar kita mampu
memahami aspek-aspek terutama ruhiyah Allah Swt (maksudnya adalah segala aktivitas
Allah yang diberikan kepada hamba-Nya demi memenuhi kebutuhan Ihsan seorang
hamba-Nya).
2. Harapan Besar Terhadap Rahmat-Nya
Selain itu juga kita perlu mengetahui bahwasannya ada Rahmat dari Allah Swt yang
sangat luar biasa, sehingga seluruh ibadah baik hati maupun fisik ini kita lakukan
disamping sebagai bentuk rasa cinta dan taat kepada Allah, juga berisikan sebuah harapan
untuk mendapatkan rahmat dari Allah Swt. Rahmat dari Allah adalah segala suatu hal
yang dicintai dan diridhain oleh Allah Swt.
3. Takut yang Maksimal Kepada Azab-Nya
Untuk itu semua kita semestinya memiliki rasa takut kepada azab dari Allah, karena
Allah adalah maha segalanya yang memiliki sebuah azab, yang harusnya kita
perhitungkan.
Sehingga ketika ketiga aspek atau syarat ini berpadu dan mengumpul menjadi satu yang
kita tanamkan dalam diri kita sebagai seorang muslim, maka itu termasuk kedalam keikhlasan
kita melakukan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.
D. Ibadah Khusus dan Ibadah Umum
1. Ibadah Khusus
Seperti shalat ini termasuk kedalam ibadah khsusu, yang di mana shalat ini mempunyai
prosedur secara khusus dan juga memiliki waktunya masing-masing. Maka, syarat dari
ibadah khusus (Makhdah) adalah sebagai berikut:
- Ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah.
- Prinsip dasarnya tidak boleh ada kreatifitas dari diri kita sendiri.
2. Ibadah Umum
Ibadah umum ini bisa dikatakan aktivitas rutin atau harian, namun ketika kita
melaksanakannya itu dengan pertinbangan ibadah, seperti makan, rutinitas tidur, dsb.
Rutinitas ini bernilai ibadah dan memberikan manfaat kepada anggota tubuh kita untuk
melaksanakan ibadah khususnya. Adapaun syarat ibadah umum, yaitu:
- Ikhlas
- Prinsip dasarnya kreatifitas manusia selama tidak ada larangan atau tidak melanggar
perintah Allah swt.
E. Cakupan Ibadah (Ibadah Pribadi)
Dalam melaksanakan ibadah ada tiga cakupan ibadah pribadi yang kita lakukan, yaitu
sebagai berikut:
1. Hati
Di mana dalam hati ini kita meyakini beberapa hal, seperti berikut:
- Iman kepada Allah dan hari kiamat (berkaitan dengan ibadah kita dan tanggungjawab
kita)
- Tak lupa juga Iman kepada para nabi, kita suci dan juga ketetapan takdir.
2. Lisan
Lisan kita gunakan untuk mengucapkan suatu hal-hal yang baik yang berkaitan dengan
ibadah, seperti:
- Mengucapkan kalimat syahadat
- Berdzikir
3. Fisik
Fisik yang kita punya juga sangat berguna untuk kita melakukan berbagai jenis ibadah
yang menggunakan fisik, seperti:
- Shalat, puasa
- Zakat, dll.
Selanjutnya juga ada ibadah sosial, yang dibagi menjadi tiga cakupan yaitu:
- Keluarga, dalam keluarga kita bisa menjadi pribadi dengan sejuta manfaat.
- Ekonomi, kita hendaknya menjauhkan riba, kecurangan dan semua jenis penipuan.
- Pendidikan, dalam Pendidikan ini berbasis rabbaniyah, tidak adanya demarkasi antara
ilmu dunia dan ilmu akhirat.
F. Ibadah Fisik dan Pilar Utama Islam (Rukun Islam)
Mengapa kita perlu memahami makna dari Rukun Islam?
1. Karena rukun Islam merupakan bukti kesempurnaan Iman (Ilmu dan Amal)
2. Karena rukun Islam adalah ciri utama keislaman
3. Karena rukun Islam adalah imolementasi dari tuntunan Iman
Hadits Arbain No.3
Petikan pelajaran yang di dapatkan dari Hadits Arbain No.3 ini adalah sebagai berikut:
1. Islam diibaratkan sebagai sebuah bangunan yang memiliki lima pilar utama.
2. Bersyahadat “La ilaha illallah” berarti bersaksi dan mengakui tidak ada sesembahan yang
berhak disembah selain Allah Swt.
3. Menegakkan shalat yang dimaksud adalah mengerjakan shalat dengan memenuhi rukun
dan syaratnya.
4. Menunaikan zakat artinya mengeluarkan dan memberikannya pada yang berhak
menerimanya.
5. Seseorang tidak disebut berislam hingga ia mengimani lima rukun Islam yang ada. Siapa
yang mengingkari salah satunya, maka ia kafir. Siapa yang meninggalkannya dalam
rangka meremehkan. Ia termasuk orang fajir.
6. Shalat adalah amalan badaniyah (anggota badan), zakat adalah amalan Maliyah (terkait
harta).
7. Shalat adalah amalan anggota badan dengan bentuknya mengerjakan, sedangkan puasa
adalah amalan anggota badan yanf sifatnya menahan diri dan meninggalkan sesuatu.
8. Haji adalah amalan badaniyah dan Maliyah bagi orang yang butuh melakukan perjalanan.
9. Semua bentuk rukun Islam tidak lepas dari tiga hal:
- Badzlul Mahbub, mengeluarkan sesuatu yang dicintai (seperti zakat)
- Al-kaffu’anil Mahbub, menahan sesuatu yang dicintai (seperti puasa)
- Ijhadul badan, berjuang dengan badan (seperti pada puasan dan ibadah haji).
10. Kenapa rukun Islam hanya disebut lima saja tidak ada lainnya?
Karena hukum syari’at ini ada yang wajib dan ada yang sunnah. Perkara yang sunnah
tentu tidak menjadi bagian dari rukun. Sedangkan perkara yang wajib itu ada dua macam
yaitu, wajib kifayah dan wajib a’in. Contoh wajib kifayah adalah amar maruf nahi
mungkar dan berdakwah. Sedangkan yang disebut dengan rukun Islam, ada kewajiban
terkait harta seperti zakat, ada kewajiban yang terkait badan seperti mengerjakan shalat,
ada kewajiban yang terkait badan dan harta seperti haji, dan ada juga kewajiban yang
terkait lisan seperti syahadat.
G. Peranan Rukun Islam
Syahadat, pernyataan komitmen terhadap dua referensi utama kehidupan (Allah dan
Rasul-Nya).
Shalat, pengukuhan interaksi spesifik dengan Allah sebagai ibadah dan efeknya kepada
semua sector kehidupan.
Zakat, bukti kontribusi sosial terhadap realitas kemiskinan dan bukti persaudaraan.
Puasa.
- Bukti ketaatan untuk meninggalkan kebutuhan harian demi kepatuhan kepada Allah
- Merasakan secara langsung beratnya kelaparan agar menimbulkan empati kepada
orang-orang marginal
Haji.
- Dilaksanakan oleh seluruh umat Islam di dunia
- Symbol persaudaraan
- Miniature kebangkitan
Sesi Tanya Jawab :
1. Pertanyaan Pertama
Terkait melakukan ibadah di saat waktunya tiba, Ketika kita menunda-nunda ibadah tersebut
apakah kita sudah meruntuhkan Pillars of Islam?
Jawaban :
Melakukan ibadah sesuai dengan waktunya, nah ini sudah dijelaskan sebelumnya
merupakan salah satu syarat dari kesempurnaan ibadah. Di mana melakukan ibadah tanpa
ditunda-tunda dan dilaksanakan sesuai dengan waktunya tiba itu merupakan bukti
kesempurnaan ibadah. Misalnya, Ketika shalat Rasulullah megatakan “Shalat pada
waktunya”. Meskipun disini tertera kata salat pada waktunya yang di mana waktunya
lumayan panjang, akan tetapi alangkah lebih baiknya jika dilaksanakan atau dikerjakan pada
awal waktunya. Salah satu indikator keutamaan ibadah itu adalah masalah waktu.
2. Pertanyaan Kedua
Ketika kita sedang diuji untuk mengikhlaskan apa yang sedang kita cintai, misalnya harta
ingin membantu dengan memberi piutang tapi di dalam hati ada keraguan untuk membantu,
karena diri sendiri juga masih membutuhkan harta itu, bagaimana untuk kasus yang seperti
ini?
Jawaban :
Dalam Islam, membantu sesama itu adalah bentuk kepedulian atau kebersamaan (ukhuwah)
dan Islam menghendakinya untuk kita melakukan karena Allah Swt. Tergantung dari
kondisinya, Ketika kita masih ada harapa-harapan dari sumber pendapatan lain untuk
memenuhi kebutuhan dasar kita maka kita bisa memberikan. Akan tetapi, jika kita memang
tidak memiliki pendapatan atau pengahasilan yang di mana kebutuhan kita saja masih belum
mampu tercukupi maka kita bisa tahan atau tunda dulu untuk membantunya. Karena kita
memiliki tanggungjawab juga terhadap diri kita pribadi dan juga tanggungjawab sosial. Di
mana pemenuhan tanggungjawab terhadap diri sendiri itu lebih menjadi prioritas daripada
pemenuhan tanggungjawab sosial. Karena tanggungjawab terhadap diri sendiri itu
hukumnya wajib, sedangkan yang pemenuhan tanggungjawan sosial itu sunnah hukumnya.
3. Pertanyaan Ketiga
Apakah tanda bahwa kita telah menyertakan rasa cinta dan ketaatan kita pada Allah dan
bagaimana cara menumbuhkan rasa cinta dan kepatuhan kita kepada Allah?
Jawaban :
Ada sebuah indikasi atau indicator apakah aktivitas yang kita lakukan adalah suatu bentuk
rasa cinta kepada Allah. Jika kita melibatkan rasa cinta atau ketaatan kepada Allah Swt.
maka ibadah yang kita lakukan dengan mudah, sama seperti halnya hobi kita karena kita
sangat menyukai sehingga kita melakukan hobi tersebut dengan nyaman, bahkan kita mau
berkorban baik harta, waktu, dsb. Jadi itu indikatornya seperti itu. Maka, Ketika shalat dan
terkait amalan sunnah terkait tilawah, puasa sunnah, termasuk kurban juga, nah semua
ibadah ini bis akita nilai sendiri ya apakah kita melakukannya karena kecintaan dan ketaatan
kita kepada Allah Swt atau hanya semata-mata untuk pamer (ria) saja. Jika kita sudah tahu
bahwa apa yang kita lakukan dengan penuh keikhlasan, murni karena kecintaan kita kepada
Allah Swt. nah itu sudah termasuk indikasi atau tanda-tanda kita cinta dan taat kepada Allah
Swt. Lalu, cara menumbuhkan rasa cinta dan taatnya kepada Allah adalah dengan cara
pengenalan yang di mana kita perlu belajar ilmu tauhid terhadap apa yang dilakukan oleh
Allah terhadap hamba-Nya.
Closing Statement
Ibadah itu bukanlah sekedar rutinitas fisik saja, tetapi ada aspek penyanggah yang
mengkokohkan kita untuk ibadah. Kita perkokoh makna ibadah kepada Allah yaitu dengan
belajar tauhid, dengan mempelajarinya secara dalam sehingga itu bisa menjadi motivasi kita
untuk ikhlas dan patuh dalam menjalankan segala ibadah dan bentuk-bentuk kecintaan serta
ketaatan kita kepada Allah Swt.
Jazakumullah Khairan Katsir, Sampai jumpa dilain kesempatan
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar