PRESS RELEASE KAFE (Kajian Islam Fakultas Ekonomi) #10

ft. Gerakan Sayang Yatim (GSay) 

Aku Yang Dulu, Bukanlah Yang Sekarang”

 

Hari/Tanggal   : Kamis, 5 Agustus 2021

Waktu             : 16.00  – 17.44

Tempat            : Zoom Cloud Meeting

Pemateri          : Ustadz Hepi Andi Bastoni

Moderator       : Muhammad Sabiq Ahsanul Haq

MC                  : Muhammad Sabiq Ahsanul Haq

Agenda           :

1.      Pembukaan oleh MC

2.      Tilawah

3.      Pembacaan CV Moderator

4.      Sosialisasi Gerakan Sayang Yatim (GSay)

5.      Pemaparan materi oleh pembicara

6.      Tanya jawab

7.      Pembacaan Al-Matsurat

8.      Penutupan oleh MC

9.      Sesi dokumentasi 


BSO Al Iqtishodi mengadakan KAFE (Kajian Islam Fakultas Ekonomi) yang berkolaborasi dengan Gerakan Sayang Yatim (GSay) dengan tema “Aku Yang Dulu, Bukanlah Yang Sekarang” dimulai pada pukul 16.00 WIB diawali dengan pembukaan acara oleh MC dengan memperkenalkan diri dan pembacaan tata tertib. Setelah itu dilanjutkan MC mempersilahkan peserta untuk mendengarkan tilawah yang dilantunkan oleh salah satu panitia. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan CV pembicara oleh moderator. Setelah itu ada sosialisasi Gerakan Sayang Yatim (GSay) terlebih dahulu untuk menunggu ustdaznya hadir. Lalu setelah itu moderator memberi waktu kepada Ustadz Hepi Andi Bastoni untuk mulai menyampaikan materi kepada peserta KAFE #10. Beliau memaparkan materi mengenai Aku Yang Dulu, Bukanlah Yang Sekarang (Hijrah Dan Muharram). Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Setelah itu ada penyerahan sertifikat untuk pembicara. Kemudian acara secara selanjutnya adalah pembacaan Al-Matsurat yang di pimpin oleh salah satu panitia dan diakhiri dengan sesi dokumentasi.

 

Materi yang disampaikan oleh Ustadz Hepi Andi Bastoni

Hijrah Dan Muharram

Mengingat hari ini kita berada di penghujung bulan Dzulhijjah artinya sebentar lagi kita akan memasuki bulan Muharram yang merupakan awal penanggalan Hijriah dalam Islam dan ini momentum yang sangat besar dan bersejarah. Karena ini sayyidina Umar bin Khatab ra memutuskan momentum hijrahnya rasulullah dan kaum muslimin menjadi tonggak dari awal penanggalan dalam islam. Sebagaimana kita ketahui sebagaimana bangsa Arab bahkan kaum muslimin sudah mengenal tanggal, tetapi belum ada penahunan, maka ketika nabi SAW lahir disebutkan dengan tahun Gajah karena ada peristiwa besar pasukan Abraham menyerang Makkah dibeut dengan amul fiil atau tahun Gajah. Walaupun tidak ada haditsnya tetapi para ulama menyebut ketika wafatnya dua orang yang sangat dicintai rasulullah SAW yaitu istrinya, Khadijah dan pamannya, Abu Thalib disebut tahun itu dengan amul huzn yaitu tahun duka cita. Lalu ketika nabi SAW diutus menjadi nabi mereka menyebut tahun itu dengan amul bitsah yaitu tahun kenabian. Maka ketika rasulullah da parah sahabat berhijrah maka tahun itu disebut dengan amul hijrah.

Kata sayyidina Umar bin Khatab ra saat beliau mengirim surat ke penguasa pada waktu itu (pimpinan-pimpinan daerah), dikisahkan Abu Musa Al Asy’ari yang pada waktu itu mendapatkan surat dari sayyidina Umar bin Khatab ra, katanya ‘ya Umar, tolong suratmu itu diberikan tanggal, biar kita tahu, mana surat yang duluan, dan mana surat yang belakangan, karena suratnya menumpuk’ (dikonversikan ke bahasa zaman sekarang). Lalu sayyidina Umar bin Khatab ra membenarkan dari perkataan Abu Musa Al Asy’ari. Lalu sayyidina Umar bin Khatab ra mengadakan rapat bersama dengan ahlul masyuro diantaranya bahkan ada sosok-sosok terkenal diantaranya yaitu Abdurrahman bin Auf, sayyidina Utsman bin Affan ra, Zubayr bin Awwam, dan termasuk juga sayyidina Ali bin Abi Thalib ra yang selalu dilibatkan oleh sayyidina Umar bin Khatab ra dalam setiap kali musyawarah. Kata sayyidina Umar bin Khatab ra dalam musyawarah tersebut penanggalan ini harus ada tanggalnya dan tahunnya, maka mereka berdiskusi dan ada yang mengusulkan penanggalannya seperti Masehi, tahun kelahiran nabi Isa as dianggap sebagai awal tahun, dengan begitu kelahiran Rasulullah yaitu tahun pertama. Lalu ada lagi yang mengusulkan pada nuzulul qur’an saja, ketika nabi SAW mendapat wahyu pertama itulah tahun pertamanya. Dan dari sekian pendapat akhirnya diputuskan berdasarkan pendapatnya sayyidina Ali bin Abi Thalib ra, yaitu awal penganggalan kalender adalah ketika nabi SAW dan kaum muslimin hijrah dari Makkah ke Madinah.

Momentum hijrah sangat bersejarah, secara umum definisi hijrah itu selalu kita maknai menjadi dua, pertama secara lughawiyyah (bahasa) itu artinya meninggalkan, beralih. Bisa diartikan dalam hal meninggalkan suatu hal serta bisa juga diartikan dalam meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Adapun secara terminology, istilah hijrah ini adalah meninggalkan tempat, yakni menginggalkan suatu tempat ke tempat yang lain. Hijrah adalah suatu keniscayaan, banyak para nabi dalam perjalannya mereka berhijrah seperti nabi Adam as yang berhijrah dari surga ke muka bumi, nabi Luth as yang berhijrah meninggalkan kaumnya, nabi Ibrahim as yang sepat berhijrah ke Makkah mengantarkan anaknya, dan yang lainnya. Dan begitupun rasulullah dan para sahabatnya, mereka adalah al muhajirun, orang-orang yang berhijrah. Jadi hijrah ini adalah sebuah keniscayaan baik secara lughawiyyah (bahasa) maupun secara maknawi. Bahkan dari para sahabat nabi Saw, bisa disebut lebih dari 80% makamnya tersebar diberbagai wilayah, hanya  sebagian kecil ada di kota Madinah, sebagian besarnya tersebar ke berbagai wilayah. Misalnya Abdullah bin Abbas, makamnya ada di Ta’if, ada puluhan ribu sahabat nabi Saw makamnya ada di Syam seperti Abu Sufyan, Bilal bin Rabbah, dan yang lainnya.

Poinnya adalah hijrah ini adalah suatu keniscayaan mau tidak mau,, dan bagi kita hijrah itu sesuai dengan kondisi. Ada suatu saat kita hijrah itu wajib seperti Nabi SAW dan para sahabat dari Makkah ke Madinah, lalu ada yang sifatnya sunnah atau dianjurkan sebagai mana para sahabat nabi SAW hijrah ke Habasyah, bahkan ada hijrah yang sifatnya haram, yaitu ketika kita berada disebuah Negeri yang dijajah, kita harus mempertahankannya dan tidak boleh hijrah seperti teman-teman kita di Palestina.

Memaknai hijrah dan bulan Muharram ini belajar dari rasulullah SAW dan  para sahabatnya. Jika dilihat dari hijrahnya kamu muslimin, rasulullah dan para sahabat khususnya dari Makkah ke Madinah, ada beberapa poin yang mungkin bisa jadi inspirasi kita pada hari ini , hijrah itu harus dilampiri dan dibarengi dengan niat yang tulus, baik hijrah secara maknawi ataupun hijarah makkani, baik ketika meninggalkan kebiasaan lama menuju kebiasaan baru- harus niat karena Allah SWT ataupun hijrah makkani, hijrah dari suatu tempat ke tempat yang lain, itu juga harus dengan niat karena Allah SWT. Bab pertama makna hijrah dan momentum bulan Muharram ini yaitu mengikhlaskan niat karena Allah SWT dan ini penting. Mereka yang hijrah, ibadah, bekerja atau apapun pekerjaannya, manakala tidak dibersamai dengan niat ikhlas karena Allah SWT maka ia tidak akan memiliki kekuatan. Spirit ikhlas inilah yang dibawa oleh para Nabi ketika mereka berperang dijalan Allah SWT dan membawa kemenangan.

Kemudian hijrah itu apapun bentuknya harus melibatkan ikhtiar, usaha dari diri kita dengan sungguh-sungguh karena tidak cukup jika hanya dengan doa. Sebagaimana dengan nabi SAW, ketika rumah beliau dikepung oleh 10 orang pemuda quraisy yang siap dengan senjatanya dan dengan instruksi ketika rasulullah keluar akan dibunuh. Dalam kondisi seperti ini nabi SAW bergerak, merencanakan, mencari ide agar bisa keluar dan ide yang digagas oleh rasulullah SAW dalam proses hijrah itu menjadi inspirasi bagi kita hari ini. Jadi ide yang diusulkan rasulullah pada saat itu adalah ide yang rasional, ide yang sangat mungkin bisa dilaksanakan (logis). Bicara tentang ikhtiar ada 3 hal yang dilakukan rasulullah Saw, pertama ia meminta sayyidina Ali bin Abi Thalib ra untuk tidur di tempat tidurnya dan menggunakan selimutnya. Pada waktu itu usia sayyidina Ali bin Abi Thalib ra berkisar 21 tahun (sudah cukup dewasa). Dikisahkan sayyidina Ali bin Abi Thalib ra itu tubuhnya sangat mirip dengan rasulullah karena memang sepupunya, mulai dari rambutnya, tinggi badannya, dan mungkin hanya wajahnya saja yang agak berbeda. Nabi SAW memiliki mata yang teduh, sementara sayyidina Ali bin Abi Thalib ra dikisahkan memiliki mata yang seperti elang. Sehingga orang-orang yang mengepung rumah rasulullah SAW  dan mengintip, melihat nabi SAW sedang tidur. Akhirnya mereka bersantai hingga tertidur, maka pada saat itulah nabi SAW memanfaatkan kelalaian mereka, nabi SAW keluar dari rumahnya lewat pintu belakang. Kemudian beliau tidak langsung ke Madinah ini adalah ide yang cerdas, walaupun tujuan nabi SAW ke Madinah tetapi beliau tidak langsung ke Madinah. Nabi SAW bersama sayyidina Abu Bakar Ash Shidiq ra pergi kearah selatan (dari Makkah jika ingin ke Madinah itu ke utara), dan naik ke sebuah bukit bernama Jabal Tsur yang katanya dari bawah bukit menuju ke puncak itu 2 jam. Lalu ketika nabi SAW naik ke bukit tersebut ada seuah goa yang bernama Goa Tsur, dan nabi SAW istirahat dan bersembunyi disana selama 3 atau 4 hari. Ini adalah strategi dan ikhtiar, kemudian ketika rumah rasulullah di grebek dipagi hari karena ditunggu 3 hari rasulullah tidak keluar, mereka mendapati di rumah itu hanya ada sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. Kemudian mereka memeriksa rumah rasulullah SAW dan tidak mendapati beliau disana. Kemudian ada sayyidina Ali bin Abi Thalib ra ditanya kemana perginya rasulullah SAW, kemudian beliau menjawab sudah pergi tadi malam. Kemudian Abu jahal pu marah dan mencari rasulullah kearah utara sesuai prediksi mereka karena nabi SAW ingin ke Madinah, dan mereka tidak mendapatinya karena nabi SAW  pergi kearah selatan, inilah yang dinamakan ikhtiar. Dan masih banyak lagi ikhtiar yang dilakukan rasullullah SAW pada saat itu. Maknanya adalah disini kita harus berikkhtiar bahkan bukan hanya pada proses hijrah, apapun yang ada di kehidupan kita harus ikhtiar.

Terakhir, hijrah juga harus melibatkan Allah SWT, sebab sekuat apapun ikhtiar seseorang maka dia tidak akan berarti apa-apa kecuali ia melibatkan Allah SWT. Ikhtiar wajib maksimal tapi ingat kita juga harys melibatkan Allah SWT termasuk dalam menghadapi pandemi ini. Maka rumus dalam mengahadapi pandemi ini pertama jangan abai, yang kedua jangan lebai. Jangan cuek, gunakan masker ketika keluar, hindari kerumunan, dan cuci  tangan, karena ini termasuk daripada ikhtiar. Tetapi jangan berlebihan, sebab kita punya Allah SWT, tidak ada musibah apapun kecuali atas perkenan dari Allah SWT. Bahkan jika sudah maksimal usaha dan tetap tertular virus ini dan meninggal dunia, kata rasul diriwayatkan oleh Aisyah, bagi seorang mukmin wabar ini merupakan nikmat jika dihadapi dengan kesabaran, dan mengharap ridho serta ketentuan dari Allah SWT dan meninggal dunia, maka ia meninggal dengan mendapatkan pahala seperti orang yang syahid.

Kesimpulan terakhir, momentum hijrah ini marilah kita jadikan sebagai momentum hijrah meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama kita yang dilarang oleh Allah dan kemudian menuju kebiasaan baru kita yang lebih baik.

Sesi Tanya Jawab

·         Pertanyaan pertama

Terkait pada masalah pandangan lebay dalam menyikapi pandemi ini, yang sebenarnya ingin meminjamkan barang dan juga sangat ingin bekerja, tetapi juga tetap waspada terhadap virus ini dan mempertimbangkan manfaat dan mudharatnya, bagaimana menyikapi hal tersebut?

 

Jawaban:

Ada 2, pertama secara umum bagaimana kita menjaga keseimbangan antara jangan abai dan jangan juga lebay. Jadi ada aturan umumnya, yang kemudian diberlakukan, misalnya dari pemerintah dalam hal ini PPKM, ada aturannya ini harus diperhatikan. Namun nanti ada ketentuan khusus, misalnya smasalah solat jumat, itu tidak semua masjid ditutup, jika tinggal di perumahan dan di masjid hanya orang-orang perumahan tersebut ya laksanakan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Tapi bagi masjid yang berada dipinggir jalan, tidak terkontrol ya bisa jadi solat jumat di masjid tersebut ditiadakan.

 

Dalam kasus pertanyaan tadi, yang pertama dalam masalah meminjamkan barang itu bisa disiasati misalnya dikirim atau janjian disuatu tempat dengan tetap menjalankan protokol kesehatan karena hanya bertemu berdua saja dan jika memungkinkan pakai kendaraan pribadi agar lebih aman, jadi bisa disiasati, kita bisa lebih waspada. Disamping itu kita jaga kesehatan kita, kita mengikuti vaksin, karena itu adalah ikhtiar kita. Lalu yang kedua masalah pekerjaan, ini riskan, apalagi di Jakarta, pilihannya untuk saat ini online jadi hindari sekali untuk yang offline. Karena ketika kita bekerja sedikit banyak kita akan berinteraksi dengan orang, dan itu yang sulit. Maka sekalipun offline kita harus tetap waspada, ikhtiar itu harus apalagi pada penyakit menular, sebab bisa membahayakan orang lain juga. Personaly kita amankan kesehatan kita dahulu, jadi jangan karena desakan ekonomi kemudian kita abai, apalagi mengenai nyawa. Walaupun semua bergantung pada takdir tapi kita tetap diharuskan ikhtiar. Kita pindah dari takdir Allah SWT yang satu kemudian pindah ke takdir Allah SWT yang lebih baik.

 azakumullah Khairan Katsir, Sampai jumpa dilain kesempatan

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 

 

Komentar

Postingan Populer