PRESS RELEASE KAFE (Kajian Islam Fakultas Ekonomi) #7
“SLIM (Self Healing ala Muslim)”
Hari/Tanggal : Kamis, 08 Juli 2021
Waktu
: 16.03 – 17.20
Tempat
: Zoom Cloud Meeting
Pemateri
: Ust Fajar Tri Nugroho
Moderator
: Bustomi
MC : Bustomi
Agenda
:
1. Pembukaan
oleh MC
2. Tilawah
3. Pembacaan
CV Moderator
4. Pemaparan
materi oleh pembicara
5. Tanya
jawab
6. Sesi
dokumentasi
7. Doa dan penutup
BSO Al Iqtishodi mengadakan KAFE (Kajian Islam Fakultas Ekonomi) dengan tema “SLIM (Self Healing ala Muslin)” dimulai pada pukul 16.03 WIB diawali dengan pembukaan acara oleh MC dengan memperkenalkan diri dan pembacaan tata tertib. Setelah itu dilanjutkan MC mempersilahkan peserta untuk mendengarkan tilawah yang dilantunkan oleh salah satu panitia. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan CV pembicara oleh moderator. Setelah itu moderator memberi waktu kepada Ust Fajar Tri Nugroho untuk mulai menyampaikan materi kepada peserta KAFE #7. Beliau memaparkan materi mengenai SLIM (Self Healing ala Muslim). Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Setelah itu ada penyerahan sertifikat untuk pembicara. Kemudian acara secara selanjutnya adalah sesi foto bersama atau dokumentasi dan ditutup dengan pembacaan doa penutup oleh salah satu panitia
Materi
yang disampaikan oleh Ustadz Fajar Tri Nugroho
Road
to Recovery (Perjalanan menuju penyembuhan). Emotional Recovery in Islam atau
dengan kata lain Self Healing ala Muslim.
Emosi
itu pilihan, di ambil dari Q.S Asy-Syam ayat 7 hingga 10. Di mana ayat 7
menjelaskan Allah sudah menciptakan manusia dengan disempurnakan dengan jiwa
serta segala sesuatu yang ada di dalam manusia itu sudah Allah ciptakan dengan
sempurna. Lalu, pada ayat 8 intinya menjelaskan tentang Allah memberikan
pilihan kepada jiwa tersebut mau kefasikan atau ketakwaan, fasik disini adalah
kebalikannya dari ketakwaan, di mana takwa adalah modal untuk masuk surga, dan
fasik itu adalah modal untuk masuk neraka tanpa hisab. Selanjutnya, ayat 9
menjelaskan tentang keberuntungan orang yang mau mensucikan jiwanya maka ia
tergolong orang yang bertakwa. Sedangkan, pada ayat 10 ini menjelaskan orang
yang tidak mau mensucikan jiwanya atau mengotori jiwa dengan perbuatan yang
diluar perintah Allah maka ia tergolong orang yang rugi.
Emosi itu diawali dari kondisi Iman terhadap Nafsu, jika Iman lagi bagus maka Ketika kita mendapatkan masalah maka akan menghadapi masalah tersebut dengan tenang, begitu sebaliknya jika Iman sedan buruk atau turun maka masalah yang sedang dihadapi dengan galau, gundah gulana dan terkesan tidak tenang dalam penyelesaian masalah tersebut.
Ada
tiga tipe manusia:
1. Iman
di atas Nafsu
Berorientasi pada
dzikir atau mengingat Allah sehingga jiwa menjadi tenang.
2. Iman
seimbang dengan Nafsu
Berorientasi pada akal
sehingga jiwanya yang selalu menyesal. Contohnya adalah saat kita pergi salat
ke masjid dan ada kotak amal lalu beramal dengan nominal Rp 5.000, lalu
malamnya saat kumpul keluarga di rumah salah satu sanak saudara memberikan ia
Rp 50.000 karena ia telah beramal lima ribu rupiah dilipatgandakan menjadi lima
puluh ribu rupiah. Dari sini timbul rasa penyesalan mengapa ia tadi tidak
beramal lebih dari yang sudah ia amalkan. Untuk case yang tipe manusia kedua
ini Iman seimbang dengan Nafsu, diperlukannya sebuah komunitas kebaikan dan
juga orang – orang baik.
3. Iman
di bawah Nafsu
Berorientasi dengan syahwat sehingga jiwa yang tunduk kepada keburukan.
Adapun
tantangannya adalah Iman itu Fluktuatif, terkadang di atas dan terkadang di
bawah. Maka ketita iman kita sedang naik optimalkan amal dan ajak orang –
orang, sedangkan Ketika iman kita sedang turun buat sebuah pengakuan dan
berkumpul dengan orang – orang yang baik. Jadikanlah sahabat atau teman – teman
kita orang yang dekat dengan Al-Qur’an dan juga dekat dengan Allah. Lalu,
obatnya adalah tadabur Hukum Pascal, di mana P = F/A.
P
= Tekanan
F
= Gaya
A
= Luas Penampang
Di
mana (P) tekanan yang hadir dari sikap dan kondisi iman, lalu (F) gaya berasal
dari ujian yang hadir dari Allah, dan yang harus kita fokuskan adalah (A)
penampang hati yaitu dengan cara husnudzon kepada Allah. Kuncinya dalam
penyembuhan hati adalah jangan mengeluh kepada ujian, tapi fokusnya dalam
mempersiapkan hati. Adapun solusinya yaitu:
1. Mendekatkan
kepada Allah agar hati tenang. Sebenanrnya disini Allah tidak jauh, tapi
kitanya yang terkadang menjauh dari Allah. Lakukan wudhu, shalat dan curhat
dengan Allah agar kita semakin dekat dengan Allah.
2. Sabar
dan bertahap dalam penenangan hati. Rasulullah bersabda: “Apabila kalian marah,
dan dia di dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu
marahnya bisa hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad, Abu Daud
dan perawainya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).
3. Berdamai
dengan diri sendiri. Sisihkan waktu untuk uzlah, di mana uzlah adalah
mengasingkan diri dari keramaian untuk muhasabah diri.
4. Beri
asupan kepada tubuh kita. Setiap bagian dari tubuh kita memiliki haknya masing
– masing. Di mana mat akita pakai untuk melihat akan tetapi adakalanya kita
harus tidur untuk mengistirahatkan mata. Mulut kita gunakan untuk berbicara akan
tetapi adakalanya kita istirahatkan dengan cara makan. Tubuh kita juga
membutuhkan asupan atau berilah tubuh kita sebuah apresiasi atas apa yang telah
dilakukan selama seharian penuh.
5. Jauhi maksiat. Akan sia-sia jika kalian sudah melakukan keempat solusi yang tadi sudah disebutkan akan tetapi kalian melakukan maksiat maka akan percuma hal yang sudah kalian lakukan.
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Jangan bersedih karena disini Allah sedang memperhatikan kita, jadi kita nikmati saja.
“Ayo mengaji dan mengkaji Al-Qur’an.” Karena Al-Qur’an adalah solusi hidup, semua tertuang di dalamnya dan semua scenario kehidupan pun ada di dalam Al-Qur’an.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” Carilah teman-teman yang baik, ikuti organisasi atau komunitas dan ikutilah agenda mentoring ataupun kajian-kajian yang positif.
“Teruslah berbuat baik karena Allah.” Jika kalian sedang capek atau gimana, tetaplah untuk berbuat baik karena Allah, karena nantinya Allah akan mengganti hal tersebut di waktu yang tepat bukan pada tepat waktu.
Sesi Tanya Jawab :
Ø Pertanyaan
Pertama
Kenapa kita bisa
memberikan nasehat atau solusi untuk teman yang sedang ada masalah akan tetapi susah
dan berat untuk menyelesaikan masalah yang ada pada diri sendiri, apakah self
still and healing yourself bisa membantu mengatasi masalah ini? Lalu, saat
sudah self healing masih merasa tertekan apa yang harus kita lakukan, bahkan
banyak tekanan dari arah mana saja, seperti orang tua atau orang terdekat?
Jawaban
:
Untuk yang pertama, kenapa kita jago atau bisa menasehati orang saat sedang ada masalah itu mudah sedangkan kepada diri sendiri itu susah. Ya, tandanya kita saat itu sedang membutuhkan orang lain untuk diajak mengobrol atau bertukar pikiran. Contohnya saat saya sedang ada masalah yang pelik banget maka saya akan mengajak beberapa teman khusus untuk bertemu, ngobrol, lalu minta solusi kepada mereka. Nabi Muhammad juga memiliki teman atau sahabat yang diajak untuk ngobrol dan curhat sebenarnya banyak, seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Tapi, ada satu teman nabi yaitu Bernama Ibnu Mas’ud, tempat curhat nabi, semua masalah gundah gulana nabi semua ada di beliau. Dalam menghadapi sebuah masalah buatlah tahapan penyelesaian masalah, muali dari plan A hingga C, jika ketiga plan tersebut sudah tidak mampu untuk menyelesaikan masalah yang sedang kalian hadapi, maka kalian membutuhkan seseorang. Ada satu kasus di mana kalian memulai dengan start yang sama akan tetapi finish nya berbeda, itu karena orang yang sudah finish terlebih dahulu memiliki seorang tutor atau panutan dalam menyelesaikan suatu case atau masalah yang sedang dihadapi. Karena apa yang kita rasakan atau masalah sekarang ini sudah terjadi sebelumnya, contohnya yaitu wabah pandemic ini, dulu di zaman Umar bin Khattab juga pernah dan hendaknya kita mencoba untuk meniru dan mnegikuti solusinya di zaman tersebut. Jika kalian memiliki suatu masalah, coba kita mencari solusinya terlebih dahulu dengan membaca buku, jika tidak bisa coba dengan menonton you tube, jika tidak ketemu juga coba sharing. Sharing dengan seseorang yang sudah berpengalaman ada;ah hal yang paling tepat. Coba terapkan juga dalam penyelesaian masalah ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Untuk mengobati diri sendiri boleh-boleh saja karena kita ini adalah dokter untuk diri kita sendiri dan juga psikolog untuk diri kita sendiri, tapi perlu diingat juga kita memiliki batasan yang di mana kalau sudah tidak mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut dengan sendirinya maka kita perlu dan harus mencari teman untuk menyelesaikan masalah tersebut bisa dengan diajak ngobrol, curhat ataupun sharing. Yang selanjutnya, jika kita masih tertekan ingatlah ke rumus P = F/A yang sudah dijelaskan tadi, tidak usah focus ke F (tekanan, gaya, dan ujian darimana saja itu Allah yang kirim), fokuslah kepada A (luas penampang) caranya yaitu dengan membaca Al-Qur’an, dekat dengan Allah, Dzikir, jika semua itu belum cukup juga dengarkan kajian atau ceramah ustad mengenai kisah – kisah sahabat nabi dalam menghadapi masalah. Terakhir, jika kita memiliki seseorang yang sangat dekat dengan kita dan juga berjasa dengan kita, lalu dia memberikan nasehat kepada kit aitu perlu untuk dipertimbangkan dalam artian perlu kita terapkan atau tanamkan nasehat tersebut apalagi jika itu adalah suatu hal yang positif. Tapi, jika ada seseorang yang tidak kita kenal atau tidak dekat dengan kita hanya tahu kita melalui media social dan sebagainya, lalu memberikan kritik atau komentar yang negative atau tidak membangun, nah disini kita tidak perlu untuk mendengarkan hal tersebut dan hendaknya menerapkan seni tidak mendengarkan atau bodo amat terhadap komentar yang tidak membangun tersebut. Pada hakikatnya hati kit aini fitrahnya ke yang baik-baik, tapi harus selalu dibersihkan dengan yang baik-baik pula, seperti Dzikir. Karena ada saja omongan orang atau perbuatan orang yang tidak mengenakan hati baik orang terdekat ataupun orang yang tidak dikenal.
Closing
Statement
Selalu husnudzon (berbaik sangka) sama Allah, karena dengan adanya kita berhusnudzon sama Allah maka kehidupan kita akan tenang.
Jazakumullah
Khairan Katsir, Sampai jumpa dilain kesempatan
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar